Salah satu penyebab kecelakaan kapal di laut ,baik yang terjadi di laut lepas maupun ketika di pelabuhan, adalah peranan dari para awak kapal yang tidak memperhatikan perhitungan stabilitas kapalnya sehingga dapat mengganggu kesetimbangan secara umum yang akibatnya dapat menbyebabkan kecelakaan fatal seperti kapal tidak dapat dikendalaikan, kehilangan kesetimbangan dan bahkan tenggelam yang pada akhirnya dapat merugikan harta benda, kapal, nyawa manusia bahkan dirinya sendiri. Sedemikian pentingnya pengetahuan menghitung stabilitas kapal untuk keselamatan pelayaran, maka setiap awak kapal yang bersangkutan bahkan calon awak kapal harus dibekali dengan seperangkat pengetahuan dan keterampilan dalam menjaga kondisi stabilitas kapalnya sehingga keselamatan dan kenyamanan pelayaran dapat dicapai.
Titik-titik penting dalam stabilitas
- Titik berat (G)
- Titik apung (B)
- Titik metasentra (M)
- Titik Keel (K)
Rumus dasar dari stabilitas adalah
KM = KG + GM
KM = KB + BM
BM = I / V (inersia/volume)
GZ = KN – KG.sinθ
Nilai KN adalah output dari diagram cross curve, sedangkan KG adalah titik berat kapal dan barang bawaan, dan θ adalah besaran sudut oleng
Akibat adanya
kondisi kapal oleng maka stabilitas kapal di bedakan atas dua macam yaitu :
1. Stabilita statis
Stabilitas
statis adalah kemampuan kapal untuk kembali pada posisi awal dengan adanya momen koppel
setelah mengalami kemiringan dengan sudut φ.
2. Stabilita dinamis
Stabilitas dinamis adalah
stabiltas yang terjadi akibat adanya keolengan kapal pada sudut φ, maka titik B
akan berpindah ke titik Bφ, dengan sendirinya akan tampak perbedaan ajrak
antara Bφ Q dan BG (gambar 2).
Baik
stabiltas statis maupun stabilitas dinamis selalu ditinjau dari dua bagian
yaitu :
1.
Stabilitas awal yaitu stabilitas dengan sudut-sudut
oleng yang kecil ( < 6o) dan dalam perhitungannya menggunakan
titik M sebagai titik metasentra.
2. Stabilitas lanjut yaitu stabiltias dengan sudut
oleng > 6o dan dalam perhitungannya menggunakan titik N sebagai
titik metasentra.
Kriteria Penilaian Stabilitas Menurut
IMO/IMCO
Dalam buku Prinsiple of Naval
Architecture Volume II IMO/IMCO memberikan persyaratan untuk penilaian
stabilitas kapal yaitu :
1.
Jari-jari metasentra (MG) harus lebih
besar dari 0,15 m (MG > 0,15)
2.
Lengan stabilitas (h) pada saat sudut
oleng 30o harus lebih besar dari 0,20 m (h 30o
> 0,20)
3.
Lengan stabilitas maksimum (h maks) harus berada diatas
sudut oleng 30o ( h maksimum > 30o)
4.
Sudut
minimum dimana kapal sudah tidak memiliki lagi lengan stabilitas berada diatas
sudut oleng 60o (Range of Stability > 60o
5.
Luasan
curva lengan stabiltias statis antara sudut 0o – 30o
harus lebih besar dari 0,05 m.rad (Area
up to 30o > 0,05 m rad)
6.
Luasan
curva lengan stabiltias statis antara sudut 0o – 40o
harus lebih besar dari 0.09 m.rad (Area up to 40o > 0,09 m rad)
7.
Luasan curva lengan
stabiltias statis antara sudut 30o – 40o harus lebih
besar dari 0,03) Area Between 30o dan 40o
> 0,03 m rad
6 Derajat Kebebasan Kapal
Terdapat 6 gerakan dari kapal ketika berlayar mulai dari horisontal, vertikal dan rotasi. Dari keseluruhan gerakan ini hanya beberapa yang harus diperdalam yaitu yaw dan roll. Yaw adalah gerakan rotasi terhadap titik X sedangkan roll adalah rotasi terhadap titik Y. Yaw berpengaruh dengan kekuatan memanjang kapal ketiak terjadi gelombang yaitu hagging dan sagging. Sedangkan roll berpenganruh pada kestabilan kapal seperti dijelaskan diatas.
Seluruh 6 gerakan atau biasa disebut 6 DOF (degree of freedom) mempunyai jari-jari apabila ditotal seperti lingkarang. Jari-jari ini yang disebut dengan jari-jari girasi. Nilai ini sangat penting untuk mengetahui nilai kekuatan dan kekakuan suatu sturktur dalam hal ini kapal. Karena pada daerah ini mempunyai bending moment maksimum.
Rumus momen inersia secara umum adalah
I = A.m.r2 (A adalah konstanta)
Untuk jari-jari girasi kapal dapat menggunakna persamaan
r2 = I/A
dimana : I = inersia
A = cross sectional area
Tidak ada komentar:
Posting Komentar